TNI Masih Menganalisis Pemicu Alarm Sukhoi

Sebuah pesawat Sukhoi milik TNI AU didampingi sebuah F-16 Fighting Falcon.
JAKARTA,Kepala Pusat Penerangan Markas Besar TNI, Marsda Sagom Tamboen memastikan, baik Komando Armada Timur (Koarmatim) TNI Angkatan Laut maupun Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) TNI Angkatan Udara, keduanya sama-sama tidak mendeteksi adanya aktivitas kapal perang maupun pesawat tempur asing di wilayah udara dan laut sekitar Sulawesi Selatan.

Hal itu disampaikan Sagom, Jumat (20/2), menyusul laporan Komandan Pangkalan Udara TNI AU Sultan Hasanuddin, Makassar, Marsekal Pertama Ida Bagus Putu Dunia, yang menyatakan dua pesawat tempur barunya, Sukhoi jenis Su-30 MK2, telah dikunci peluru missile dari pihak yang tidak diketahui asalnya.

"Untuk hari ini juga tidak ada izin keamanan (security clearance) yang dikeluarkan untuk pesawat atau kapal (tempur) dari negara mana pun melintas di kawasan kita terutama di Sulsel. Saya sudah menanyakan itu ke Koarmatim dan juga ke Kohanudnas. Soal keterangan dari beliau (Ida Bagus Putu Dunia), memang hal itu kewenangannya," ujar Sagom.

Saat ini menurut Sagom, TNI terus melakukan analisis terutama dari data penerbangan yang terekam dari kedua pesawat tempur dan juga laporan pihak Koarmatim dan Kohanudnas. Dia mengimbau semua pihak tidak terlalu dini membuat kesimpulan ada pihak yang mau menyerang kedua pesawat tempur TNI AU tadi atau mengganggu wilayah kedaulatan Indonesia.

Tidak terburu-buru

Namun Sagom membantah kemungkinan-kemungkinan lain seperti rusaknya sistem peringatan pesawat tempur tersebut karena selain masih baru, alarm peringatan berasal dari kedua pesawat tadi. Saat kejadian, pilot Rusia tengah melatih pilot-pilot tempur TNI AU. Sagom juga membantah kemungkinan ancaman serangan berasal dari kapal selam asing.

"Pilihan kemungkinannya kan memang dua, antara benar-benar dikunci dan akan ditembak atau karena ada kesalahan sistem. Kalau kemungkinan kedua sulit lah, karena alarm yang berbunyi dari kedua pesawat bersamaan. Masak iya, rusak dua-duanya?" ujar Sagom.

Lebih lanjut menurut Sagom, soal kemungkinan ancaman serangan dari kapal selam juga kecil kemungkinannya karena teknologi kapal selam belum memungkinkan untuk menyerang pesawat tempur yang bergerak di udara. Sagom meminta semua pihak tidak mengambil kesimpulan secara terburu-buru.

Komentar