Posisi VOYAGER saat ini

Voyager 1 si luar angkasa (animasi)
Sumber majalah detik

Komite Badan Antariksa Amerika Serikat
(NASA) yang dipimpin oleh profesor astronomi
Universitas Cornell, Carl Sagan, menyaring musik, suara, dan gambar yang bakal menyertai
perjalanan wahana Voyager 1 ke antariksa, salah satunya adalah komposisi Ketawang Puspowarno berupa komposisi gamelan jawa sepanjang 4 menit 43 detik tersebut terpilih. Komposisi Puspowarno direkam di atas cakram emas bersama Brandenburg Concerto No. 2 karya Johann Sebastian Bach, The Magic Flute karya Mozart, Melancholy Blues yang dilantunkan Louis Armstrong, Symphony no. 5 karya Beethoven, dan puluhan komposisi lain dari seluruh dunia.
“.... Rekaman itu hanya akan dimainkan jika Voyager bertemu dengan peradaban yang sudah maju di ruang
antarbintang. Tapi peluncuran ‘pesan dalam botol’ ke lautan kosmis ini memberikan harapan tentang kehidupan di planet sana,” kata Sagan, kala itu. Selain komposisi Puspowarno, dalam cakram emas
itu juga tersimpan foto penari Bali jepretan Donna Grosvenor dan ucapan dalam bahasa Indonesia, “Selamat
malam hadirin sekalian, selamat berpisah dan sampai bertemu lagi di lain waktu,” bersama ucapan
lain dalam 55 bahasa di dunia. Total ukuran file semua rekaman itu—musik, suara, dan gambar—hanya se-kitar 68 kilobita. Jauh lebih kecil dari kapasitas iPod paling kecil sekalipun. Pada bagian muka cakram emas, juga ditambahkan material radioaktif uranium-238, yang memiliki umur paruh 4,51 miliar tahun. Harapannya, jika suatu saat ada yang menemukan rekaman itu, dia bisa menghitung umur piringan emas tersebut.

Pakar sedang melakukan testing voyager

Pada 1966, Gary Flandro menemukan fakta bahwa pada saat-saat tertentu, planet-planet dalam tata surya
berada pada posisi lurus. Posisi itu, menurut mahasiswa doktoral di California Institute of Technology
(Caltech) tersebut, memungkinkan wahana dari bumi terbang menjelajah dari planet ke planet. Gravitasi
planet akan melontarkan wahana dari bumi ke Mars, Yupiter, Uranus, melenting ke Neptunus dan seterusnya bak sebuah katapel. Wahana tanpa awak Voyager 1, yang berbobot 722
kilogram, terbang meninggalkan bumi dari Cape Canaveral Air Force Station, Florida, pada 5 September 1977. Setelah meluncur dari bumi dengan roket Titan IIIE-Centaur, dua tahun kemudian Voyager memasuki
orbit Planet Yupiter. Setahun kemudian, Voyager 1 “bertemu” dengan “Dewa Pertanian” Saturnus.
Dua tahun lalu, dari data-data yang dikirim Voyager 1 ke bumi sudah terdeteksi penurunan tajam jumlah
plasma matahari yang tertangkap sensor Voyager 1. Sensor Voyager 1 juga menangkap lonjakan sinar kosmis yang menerpanya sejak akhir Agustus lalu. Tanda- tanda ini menunjukkan Voyager 1 sudah mendekati wilayah antarbintang, di luar tata surya. Setelah lebih dari 36 tahun mengangkasa, pada Senin
lalu pukul 15.00 WIB, jarak Voyager 1 dengan bumi mencapai 18.783.575.158 kilometer. Sebelumnya, para astronom belum bisa memastikan apakah Voyager 1 sudah benar-benar meninggalkan tata surya.

Memasukan voyager ke kapsul roket

 “Belum ada kriteria yang disepakati apakah suatu obyek sudah meninggalkan wilayah heliosfer,” ujar Stamatios Krimigis,astronom Johns Hopkins University dan peneliti di misi Voyager 1, kala itu. Perlu data ketiga, yakni perubahan arah medan magnetis, untuk memastikan apakah Voyager 1 sudah benar-benar melewati batas terluar tata surya. Tapi semua keraguan itu kini hilang sudah. “Voyager sudah pergi di mana belum ada wahana lain yang pernah mencapainya,” kata John Grunsfeld, Kepala Ilmuwan NASA, pekan lalu. Penelitian yang dipimpin oleh Don Gurnett, dari Universitas Iowa, memastikan bahwa Voyager 1 telah melampaui ruang tata surya pada 25 Agustus 2012 atau hampir 35 tahun setelah wahana itu meninggalkan bumi dan memasuki ruang antarbintang di Galaksi Bimasakti. “Ya, kita berhasil. Kita telah di ruang antarbintang,” Ed Stone, peneliti di proyek Voyager, bersorak. Voyager menjadi wahana pertama buatan manusia di bumi yang berhasil mencapai ruang interstellar. Kini, Voyager 1 terbang mengarungi ruang antarbintang menuju konstelasi bintang Ophiuchus. Bahan bakar nuklir plutonium-238 di reaktor termoelektrisnya masih bisa bertahan hingga tahun 2025. Hingga saat itu tiba, para astronom di Laboratorium Propulsi Jet NASA masih bisa terus berkomunikasi dengan Voyager 1. Sementara itu stok hydrazine untuk mesin pendorongnya masih bisa bertahan hingga 2040.
lokasi saat ini voyager 1 dan 2